Hello there!! I'm a newbie here, this is my first day joining this Blog. However, i wont post anything uselsess on my Blog, i swear :D. But, I wish that you guys can get some lesson from every single post from me;)
First of all, i just can't believe that finally i have a Blog. Several times i postpone to make this blog, and i used to think that i Blog is useless for me. Of course it comes from some reason, i aint a writter; i don't like to write; i don't like to read; i hate understanding literature; in fact, maybe i'm the only one who never finish reading any "Book" (comic doesn't count).
Then, why do i made this Blog??
Well, it begans from my friends. Once, i got a Multiculturalism Homework to analyze an Indonesian Idealism Movie titled "Tanda Tanya". After i watched that movie, it touched me a lot ; and i could see the relevance between what that movie want to tell and the reality. I could easily find the meaning of that movie and i wrote it all as my homework.
A Week later, my friend asked my permit to use my movie analysis as a reference for his final project. Once i just let him take it; but later it haunted my mind and say "why i give it for free?? it's your hard work." Then i thought to find something so i can mark it as "my work". As i know, Blogspot is an easy way to post articles; and in this information era, Blogspot is included in reference options. So i try to make one and put my first multiculturalism article in there.:D
And this is the "Tanda Tanya" Movie analysis that i made as my multiculturalism homework.
First of all, i just can't believe that finally i have a Blog. Several times i postpone to make this blog, and i used to think that i Blog is useless for me. Of course it comes from some reason, i aint a writter; i don't like to write; i don't like to read; i hate understanding literature; in fact, maybe i'm the only one who never finish reading any "Book" (comic doesn't count).
Then, why do i made this Blog??
Well, it begans from my friends. Once, i got a Multiculturalism Homework to analyze an Indonesian Idealism Movie titled "Tanda Tanya". After i watched that movie, it touched me a lot ; and i could see the relevance between what that movie want to tell and the reality. I could easily find the meaning of that movie and i wrote it all as my homework.
A Week later, my friend asked my permit to use my movie analysis as a reference for his final project. Once i just let him take it; but later it haunted my mind and say "why i give it for free?? it's your hard work." Then i thought to find something so i can mark it as "my work". As i know, Blogspot is an easy way to post articles; and in this information era, Blogspot is included in reference options. So i try to make one and put my first multiculturalism article in there.:D
And this is the "Tanda Tanya" Movie analysis that i made as my multiculturalism homework.
I.
Sinopsis
Film “Tanda
Tanya” menceritakan tentang sebuah kisah yang terdiri dari sub - sub kisah
orang – orang yang memiliki budaya berbeda namun tinggal di suatu wilayah yang
sama (Tertulis : wilayah pasar baru). Di mulai dari keluarga Tuan Tan Kat Sun
(pemilik rumah makan Canton chinese Food) dengan anaknya Hendra yang belum
memiliki kepercayaan yang pasti dalam hidupnya. Rika, seorang janda yang baru
saja bercerai dengan suaminya, berpindah kepercayaan dan mencoba menjalani
hidup barunya. Surya seorang aktor figuran yang hampir kehilangan semangat
hidupnya. Serta Manuk dan Soleh (suaminya) yang teramat sangat taat beragama
namun keluarga mereka dipenuhi dengan cobaan.
Perbedaan
kebudayaan tersebut awalnya memicu konflik diantara mereka, baik konflik
sosial, interpersonal, maupun Intrapersonal.
Namun konflik – konflik yang terjadi diantara mereka telah menempa dan
mendewasakan iman dan akal sehat mereka. Apa yang selama ini mereka tanyakan
dalam hati mereka akhirnya terjawab oleh waktu.
Perlahan,
perdamaian muncul mulai dari diri mereka masing – masing, lingkungan keluarga
mereka, sampai akhirnya perdamaian terjadi di wilayah Pasar Baru. Hendra telah
menentukan jalannya dan memilih kepercayaannya, Rika telah menemukan jawaban
dari kisah pahit yang pernah ia rasakan di masa lalu, Surya telah menemukan
semangat dan arti hidup yang sebenarnya, dan Tuan Tan Kat sun serta Soleh telah
beristirahat di alam barunya setelah menjalankan kewajiban – kewajibannya di
dunia.
II.
Analisis Cerita
Film
ini sangat jelas menceritakan tentang kehidupan lintas agama dalam negara kita
Indonesia. Perbedaan budaya yang ditekankan di sini lebih ke perbedaan agama
(Terutama Kristen/Khatolik dengan Islam) serta perbedaan suku yang sangat
kental dirasakan (Suku Pribumi dengan Suku Tionghoa).
Persepsi
buruk antar penganut agama Islam dengan penganut agama Khatolik/Kristen
tergambar dengan sangat jelas di film ini. Banyak penganut suatu agama yang
mencoba mengkritik agama lain tanpa ia mengerti terlebih dahulu apa ajaran dari
agama yang ia kritik (sifat Etnosentris).
Seperti
yang kita tahu kalau konflik antar penganut agama Islam dengan penganut agama
Khatolik/Kristen sering kali terjadi di negara kita. Penyebabnya bukanlah dari
ajaran agama tersebut, melainkan dari kesalahan konstruksi pikir dari penganut
– penganut nya. Banyak penganut agama yang menyalah artikan ajaran agamanya
sehingga dari kesalah pahaman tersebut lahirlah prasangka buruk terhadap agama
lain. Seperti kutipan yang diambil Rika dari sebuah novel yang bertuliskan
bahwa “Tiap manusia menjalani jalan setapaknya sendiri yang berbeda dengan
jalan setapak orang lain, namun bertuju ke arah yang sama, namun semakin dekat
ke tujuan, manusia semakin menyadari, bahwa di sepanjang jalan setapak yang
sudah mereka lewati, manusia tak pernah sendiri, manusia selalu bersama dengan
apa yang merka cari, selalu bersama dengan tujuannya, yaitu Tuhan.” ; pada
dasarnya agama – agama di dunia ini mengajarkan hal yang sama dan menuntun
manusia ke tujuan yang sama, tiap – tiap agama juga mengajarkan kalau kita
harus mengasihi sesama kita manusia, tak terkecuali yang berbeda kepercayaan
dengan kita.
III.
Analisis Tokoh dan Sub-Kisah
Sebelumnya
telah kita paparkan mengenai makna dan pesan yang disampaikan film “Tanda
tanya” secara umum atau secara luas. Namun banyak hal – hal religius dan
multikulturalis lainnya yang masih bisa kita pelajari bila kita menyimak detai
– detail dari film ini.
Banyak
kisah – kisah kecil yang memiliki arti mendalam dari tokoh – tokoh yang bahkan
mungkin hanya muncul dalam satu segmen saja. Selain itu, pemeranan tokoh dalam
film ini juga menggambarkan perbedaan – perbedaan masyarakat Indonesia dalam
berbudaya dan memandang budaya lain. Berikut adalah penjelasan dari tokoh –
tokoh dalam film “Tanda Tanya” :
·
Hendra
Sosok
Hendra dalam Film ini menggambarkan seorang Atheist
atau orang yang tidak memiliki panutan dan kepercayaan dalam hidupnya. Orang
seperti ini adalah orang yang mempercayai
dirinya sendiri. Atas segala kesuksesan yang ia capai, itu semua dicapainya
karena kemampuan dirinya sedniri ; atas segala nasib buruk yang ia hadapi, itu
semua dikarenakan oleh karma atau memang kesalahannya sendiri. Sangat
mempercayai takdir. Orang – orang Atheist biasanya suka mencela orang lain yang
memiliki kepercayaan.
·
Rika
Sosok
Rika dalam film ini menggambarkan seseorang yang Pindah kepercayaan. Namun ia berpindah kepercayaan bukan karena ia
lebih mengerti suatu kepercayaan yang ia anut, melainkan ia merasa kecewa terhadap kepercayaan yang ia anut
sebelumnya. Ada ajaran – ajaran dari kepercayaan lamanya yang tak dapat ia
terima (diceritakan : Rika tidak terima kalau mas Panji ; suaminya
berpoligami). Sehingga ia berpindah ke kepercayaan lain walau ia belum mengerti
ajaran dari kepercayaan tersebut. Namun pada akhirnya Rika mengerti apa yang
diajarkan kepercayaan barunya kepadanya. Biasanya orang yang seperti ini, kerap
lebih menekuni kepercayaan barunya dan kecil kemungkinan bagi orang seperti ini
untuk kembali ke kepercayaan lamanya.
·
Menuk
Sosok
Menuk sangat melukiskan seseorang yang benar-benar menerima dan menghormati perbedaan budaya. Sosok yang diperankan
Menuk teramat sangat berbeda dengan prasangka yang diberikan penganut agama –
agama lain kepada penganut agama Islam. Menuk juga memiliki sifat terbuka dan
toleransi kepada budaya lain. Ia juga menggambarkan seseorang penganut agama
yang tidak memiliki persepsi dan prasangka buruk kepada agama lain. Ia tidak
memiliki sifat etnosentrisme (diceritakan : saat ia tidak marah kepada Hendra
karena ia dan kawan – kawannya dipaksa bekerja saat libur Lebaran). Sosok Menuk
juga melukiskan seseorang yang taat beragama namun tidak fanatik.
·
Doni
dan Soleh
Sosok
Doni dan Soleh melukiskan tentang orang yang taat beragama namun mereka
memiliki sifat fanatik. Doni terlalu
fanatik terhadap agama yang dianutnya (diceritakan : Doni menentang
dilaksanakannya drama paskah ketika ia tahu kalau pemeran utamanya adalah
Surya; penganut agama Islam). Sedangkan Soleh memiliki persepsi buruk kepada
suku Tionghoa (diceritakan : Soleh kerap kali bertengkar dengan Hendra; Soleh
mengajak kawan – kawannya untuk merusak Canton Chinesse Food dikarenakan Hendra
memaksa karyawan untuk tetap bekerja pada hari libur, dalam hal ini yang
melakukan kesalahan adalah seorang Hendra, namun emosi yang ditumpahkan Soleh
ditujukan kepada suku Tionghoa yang tak semuanya berperilaku seperti Hendra).
Biasanya orang seperti ini memiliki sifat etnosentris yang tinggi, dan sebagian
dari mereka bisa mengkritik agama lain tanpa mengerti ajaran agama tersebut
terlebih dahulu.
·
Surya
Tokoh Surya di sini lebih menggambarkan tentang seseorang yang memiliki kepercayaan, namun ia seperti
terjebak oleh pertanyaan – pertanyaan hidupnyta yang belum terjawab (seperti
kenapa karirnya tak berkembang, apakah toleransi antar umat beragama itu ada,
apakah seorang Muslim boleh masuk ke Gereja, dll). Namun akhirnya perlahan ia
menemukan jawaban yang selama ini dia cari. Surya memerankan sosok yang baik,
yaitu orang yang perduli dan tak acuh terhadap religiositas dan perbedaan antar
agama.
·
Abi (anak yang masuk rumah sakit)
Sosok
yang diperankan Abi menggambarkan tentang seseorang yang sudah benar – benar
mengerti tentang ajaran agama Khatolik/Kristen.
Tepatnya ia sudah mengerti tujuannya menjadi pengikut Yesus Kristus. Salah satu
sifat dari orang yang sudah benar – benar mengenal dan setia mengikut Yesus
adalah siap dipanggil kapan saja oleh
Tuhan. Mereka yakin kalau hidup mereka adalah kehendak Tuhan sepenuhnya.
Mereka yakin kalau Tuhan selalu tepat waktu. Dengan kata lain, orang – orang
yang sudah sangat mengenal Tuhan tidak takut akan yang namanya kematian
(diceritakan : Abi menuliskan “Saya mau pergi saja, biar tidak menyusahkan mama
papa lagi” dengan gambar ia dituntun Tuhan Yesus). Bagi mereka, kematian akan
membawa mereka ke dunia yang jauh lebih indah dan kekal.
·
Engkoh Tan Kat Sun (ayah Hendra)
Peran Engkoh adalah peran yang sangat multikulturalis dalam film ini.
Engkoh adalah orang Tionghoa yang teramat sangat menghormati karyawannya yang
menganut agama lain. walau ia sosok yang taat beragama, ia juga memiliki rasa ingin
tahu dan berusaha mempelajari ajaran agama lain. Seperti yang kita tahu kalau
belakangan ini, orang – orang Tionghoa masih merasa parno kepada orang – orang
pribumi karena pernah terjadi diskriminasi suku Tionghoa di Indonesia pada masa
orde baru. Namun si Engkoh ini benar – benar menggambarkan seorang Tiongha yang
sudah tidak memiliki prasangka buruk kepada orang pribumi. Walaupun pada
akhirnya ia meninggal karena dipukuli oleh gerombolan orang pribumi yang hendak
menghancuri restorannya, ia tetap tidak menaruh dendam. Orang seperti inilah
yang patut dicontoh. Orang – orang yang mengintegrasikan kebudayaan berbeda,
mempelajari dengan baik, tanpa harus melepas kepercayaan mereka sendiri.
IV.
Pesan dari Film “Tanda Tanya”
Perlu kita sadari bahwa
perbedayaan budaya di Indonesia tak dapat dihindarkan. Ingat bahwa tiap – tiap
manusia memiliki jalannya sendiri (agamanya), dan kita tidak berhak untuk
mengusik jalan yang dimiliki orang lain.
Manusia juga rentan
terhadap perubahan, tapi bukan berarti kita harus memaksanya untuk berubah.
Tidak tertutup kemungkinan bagi manusia untuk berubah kepercayaan, tapi itu
juga muncul dari panggilan hati mereka, bukan paksaan dari orang lain.
Perbedaan antarbudaya
tak usah dijadikan perdebatan atau bahan untuk mengadu prasangka buruk. Tapi
jadikanlah perbedaan antarbudaya itu sebagai penambah warna dalam hidup.
Tiap – tiap agama
membawa kita ke suatu tujuan yang sama. Cara – caranya saja yang berbeda. Yang
pasti tiap – tiap agama mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi dan
menyayangi sesamanya manusia.
Perbedaan suku juga
bukanlah hal yang harus dipermasalahkan, ingatlah bahwa manusia diciptakan
setara di mata Tuhan. Tidak ada kitab yang menyatakan kalau suku ini lebih
terhormat dari suku itu,dsb. Bila ingin dihormati orang lain, berbuat baiklah
kepada orang – orang, maka kita pasti akan dihormati apapun itu agama kita.
“Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan
sesuatu yang baik kepada semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu” –
Gus Dur