Tuesday, December 4, 2012

My First Post

Hello there!! I'm a newbie here, this is my first day joining this Blog. However, i wont post anything uselsess on my Blog, i swear :D. But, I wish that you guys can get some lesson from every single post from me;)

First of all, i just can't believe that finally i have a Blog. Several times i postpone to make this blog, and i used to think that i Blog is useless for me. Of course it comes from some reason, i aint a writter; i don't like to write; i don't like to read; i hate understanding literature; in fact, maybe i'm the only one who never finish reading any "Book" (comic doesn't count).

Then, why do i made this Blog??

Well, it begans from my friends. Once, i got a Multiculturalism Homework to analyze an Indonesian Idealism Movie titled "Tanda Tanya". After i watched that movie, it touched me a lot ; and i could see the relevance between what that movie want to tell and the reality. I could easily find the meaning of that movie and i wrote it all as my homework.

A Week later, my friend asked my permit to use my movie analysis as a reference for his final project. Once i just let him take it; but later it haunted my mind and say "why i give it for free?? it's your hard work." Then i thought to find something so i can mark it as "my work". As i know, Blogspot is an easy way to post articles; and in this information era, Blogspot is included in reference options. So i try to make one and put my first multiculturalism article in there.:D
And this is the "Tanda Tanya" Movie analysis that i made as my multiculturalism homework.

      I.            Sinopsis
            Film “Tanda Tanya” menceritakan tentang sebuah kisah yang terdiri dari sub - sub kisah orang – orang yang memiliki budaya berbeda namun tinggal di suatu wilayah yang sama (Tertulis : wilayah pasar baru). Di mulai dari keluarga Tuan Tan Kat Sun (pemilik rumah makan Canton chinese Food) dengan anaknya Hendra yang belum memiliki kepercayaan yang pasti dalam hidupnya. Rika, seorang janda yang baru saja bercerai dengan suaminya, berpindah kepercayaan dan mencoba menjalani hidup barunya. Surya seorang aktor figuran yang hampir kehilangan semangat hidupnya. Serta Manuk dan Soleh (suaminya) yang teramat sangat taat beragama namun keluarga mereka dipenuhi dengan cobaan.
                Perbedaan kebudayaan tersebut awalnya memicu konflik diantara mereka, baik konflik sosial, interpersonal, maupun Intrapersonal. Namun konflik – konflik yang terjadi diantara mereka telah menempa dan mendewasakan iman dan akal sehat mereka. Apa yang selama ini mereka tanyakan dalam hati mereka akhirnya terjawab oleh waktu.
                Perlahan, perdamaian muncul mulai dari diri mereka masing – masing, lingkungan keluarga mereka, sampai akhirnya perdamaian terjadi di wilayah Pasar Baru. Hendra telah menentukan jalannya dan memilih kepercayaannya, Rika telah menemukan jawaban dari kisah pahit yang pernah ia rasakan di masa lalu, Surya telah menemukan semangat dan arti hidup yang sebenarnya, dan Tuan Tan Kat sun serta Soleh telah beristirahat di alam barunya setelah menjalankan kewajiban – kewajibannya di dunia.


   II.            Analisis Cerita

                Film ini sangat jelas menceritakan tentang kehidupan lintas agama dalam negara kita Indonesia. Perbedaan budaya yang ditekankan di sini lebih ke perbedaan agama (Terutama Kristen/Khatolik dengan Islam) serta perbedaan suku yang sangat kental dirasakan (Suku Pribumi dengan Suku Tionghoa).
                Persepsi buruk antar penganut agama Islam dengan penganut agama Khatolik/Kristen tergambar dengan sangat jelas di film ini. Banyak penganut suatu agama yang mencoba mengkritik agama lain tanpa ia mengerti terlebih dahulu apa ajaran dari agama yang ia kritik (sifat Etnosentris).
                Seperti yang kita tahu kalau konflik antar penganut agama Islam dengan penganut agama Khatolik/Kristen sering kali terjadi di negara kita. Penyebabnya bukanlah dari ajaran agama tersebut, melainkan dari kesalahan konstruksi pikir dari penganut – penganut nya. Banyak penganut agama yang menyalah artikan ajaran agamanya sehingga dari kesalah pahaman tersebut lahirlah prasangka buruk terhadap agama lain. Seperti kutipan yang diambil Rika dari sebuah novel yang bertuliskan bahwa “Tiap manusia menjalani jalan setapaknya sendiri yang berbeda dengan jalan setapak orang lain, namun bertuju ke arah yang sama, namun semakin dekat ke tujuan, manusia semakin menyadari, bahwa di sepanjang jalan setapak yang sudah mereka lewati, manusia tak pernah sendiri, manusia selalu bersama dengan apa yang merka cari, selalu bersama dengan tujuannya, yaitu Tuhan.” ; pada dasarnya agama – agama di dunia ini mengajarkan hal yang sama dan menuntun manusia ke tujuan yang sama, tiap – tiap agama juga mengajarkan kalau kita harus mengasihi sesama kita manusia, tak terkecuali yang berbeda kepercayaan dengan kita.

III.            Analisis Tokoh dan Sub-Kisah

                Sebelumnya telah kita paparkan mengenai makna dan pesan yang disampaikan film “Tanda tanya” secara umum atau secara luas. Namun banyak hal – hal religius dan multikulturalis lainnya yang masih bisa kita pelajari bila kita menyimak detai – detail dari film ini.
                Banyak kisah – kisah kecil yang memiliki arti mendalam dari tokoh – tokoh yang bahkan mungkin hanya muncul dalam satu segmen saja. Selain itu, pemeranan tokoh dalam film ini juga menggambarkan perbedaan – perbedaan masyarakat Indonesia dalam berbudaya dan memandang budaya lain. Berikut adalah penjelasan dari tokoh – tokoh dalam film “Tanda Tanya” :

·         Hendra
Sosok Hendra dalam Film ini menggambarkan seorang Atheist atau orang yang tidak memiliki panutan dan kepercayaan dalam hidupnya. Orang seperti ini adalah orang yang mempercayai dirinya sendiri. Atas segala kesuksesan yang ia capai, itu semua dicapainya karena kemampuan dirinya sedniri ; atas segala nasib buruk yang ia hadapi, itu semua dikarenakan oleh karma atau memang kesalahannya sendiri. Sangat mempercayai takdir. Orang – orang Atheist biasanya suka mencela orang lain yang memiliki kepercayaan. 

·         Rika
Sosok Rika dalam film ini menggambarkan seseorang yang Pindah kepercayaan. Namun ia berpindah kepercayaan bukan karena ia lebih mengerti suatu kepercayaan yang ia anut, melainkan ia merasa kecewa terhadap kepercayaan yang ia anut sebelumnya. Ada ajaran – ajaran dari kepercayaan lamanya yang tak dapat ia terima (diceritakan : Rika tidak terima kalau mas Panji ; suaminya berpoligami). Sehingga ia berpindah ke kepercayaan lain walau ia belum mengerti ajaran dari kepercayaan tersebut. Namun pada akhirnya Rika mengerti apa yang diajarkan kepercayaan barunya kepadanya. Biasanya orang yang seperti ini, kerap lebih menekuni kepercayaan barunya dan kecil kemungkinan bagi orang seperti ini untuk kembali ke kepercayaan lamanya.

·         Menuk
Sosok Menuk sangat melukiskan seseorang yang benar-benar menerima dan menghormati perbedaan budaya. Sosok yang diperankan Menuk teramat sangat berbeda dengan prasangka yang diberikan penganut agama – agama lain kepada penganut agama Islam. Menuk juga memiliki sifat terbuka dan toleransi kepada budaya lain. Ia juga menggambarkan seseorang penganut agama yang tidak memiliki persepsi dan prasangka buruk kepada agama lain. Ia tidak memiliki sifat etnosentrisme (diceritakan : saat ia tidak marah kepada Hendra karena ia dan kawan – kawannya dipaksa bekerja saat libur Lebaran). Sosok Menuk juga melukiskan seseorang yang taat beragama namun tidak fanatik.

·         Doni dan Soleh
Sosok Doni dan Soleh melukiskan tentang orang yang taat beragama namun mereka memiliki sifat fanatik. Doni terlalu fanatik terhadap agama yang dianutnya (diceritakan : Doni menentang dilaksanakannya drama paskah ketika ia tahu kalau pemeran utamanya adalah Surya; penganut agama Islam). Sedangkan Soleh memiliki persepsi buruk kepada suku Tionghoa (diceritakan : Soleh kerap kali bertengkar dengan Hendra; Soleh mengajak kawan – kawannya untuk merusak Canton Chinesse Food dikarenakan Hendra memaksa karyawan untuk tetap bekerja pada hari libur, dalam hal ini yang melakukan kesalahan adalah seorang Hendra, namun emosi yang ditumpahkan Soleh ditujukan kepada suku Tionghoa yang tak semuanya berperilaku seperti Hendra). Biasanya orang seperti ini memiliki sifat etnosentris yang tinggi, dan sebagian dari mereka bisa mengkritik agama lain tanpa mengerti ajaran agama tersebut terlebih dahulu. 

·         Surya
Tokoh Surya di sini lebih menggambarkan tentang seseorang yang memiliki kepercayaan, namun ia seperti terjebak oleh pertanyaan – pertanyaan hidupnyta yang belum terjawab (seperti kenapa karirnya tak berkembang, apakah toleransi antar umat beragama itu ada, apakah seorang Muslim boleh masuk ke Gereja, dll). Namun akhirnya perlahan ia menemukan jawaban yang selama ini dia cari. Surya memerankan sosok yang baik, yaitu orang yang perduli dan tak acuh terhadap religiositas dan perbedaan antar agama.

·         Abi (anak yang masuk rumah sakit)
Sosok yang diperankan Abi menggambarkan tentang seseorang yang sudah benar – benar mengerti tentang ajaran agama Khatolik/Kristen. Tepatnya ia sudah mengerti tujuannya menjadi pengikut Yesus Kristus. Salah satu sifat dari orang yang sudah benar – benar mengenal dan setia mengikut Yesus adalah siap dipanggil kapan saja oleh Tuhan. Mereka yakin kalau hidup mereka adalah kehendak Tuhan sepenuhnya. Mereka yakin kalau Tuhan selalu tepat waktu. Dengan kata lain, orang – orang yang sudah sangat mengenal Tuhan tidak takut akan yang namanya kematian (diceritakan : Abi menuliskan “Saya mau pergi saja, biar tidak menyusahkan mama papa lagi” dengan gambar ia dituntun Tuhan Yesus). Bagi mereka, kematian akan membawa mereka ke dunia yang jauh lebih indah dan kekal.


·         Engkoh Tan Kat Sun (ayah Hendra)
Peran Engkoh adalah peran yang sangat multikulturalis dalam film ini. Engkoh adalah orang Tionghoa yang teramat sangat menghormati karyawannya yang menganut agama lain. walau ia sosok yang taat beragama, ia juga memiliki rasa ingin tahu dan berusaha mempelajari ajaran agama lain. Seperti yang kita tahu kalau belakangan ini, orang – orang Tionghoa masih merasa parno kepada orang – orang pribumi karena pernah terjadi diskriminasi suku Tionghoa di Indonesia pada masa orde baru. Namun si Engkoh ini benar – benar menggambarkan seorang Tiongha yang sudah tidak memiliki prasangka buruk kepada orang pribumi. Walaupun pada akhirnya ia meninggal karena dipukuli oleh gerombolan orang pribumi yang hendak menghancuri restorannya, ia tetap tidak menaruh dendam. Orang seperti inilah yang patut dicontoh. Orang – orang yang mengintegrasikan kebudayaan berbeda, mempelajari dengan baik, tanpa harus melepas kepercayaan mereka sendiri.

IV.            Pesan dari Film “Tanda Tanya”
           
            Perlu kita sadari bahwa perbedayaan budaya di Indonesia tak dapat dihindarkan. Ingat bahwa tiap – tiap manusia memiliki jalannya sendiri (agamanya), dan kita tidak berhak untuk mengusik jalan yang dimiliki orang lain.
            Manusia juga rentan terhadap perubahan, tapi bukan berarti kita harus memaksanya untuk berubah. Tidak tertutup kemungkinan bagi manusia untuk berubah kepercayaan, tapi itu juga muncul dari panggilan hati mereka, bukan paksaan dari orang lain.
            Perbedaan antarbudaya tak usah dijadikan perdebatan atau bahan untuk mengadu prasangka buruk. Tapi jadikanlah perbedaan antarbudaya itu sebagai penambah warna dalam hidup.
            Tiap – tiap agama membawa kita ke suatu tujuan yang sama. Cara – caranya saja yang berbeda. Yang pasti tiap – tiap agama mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi dan menyayangi sesamanya manusia.
            Perbedaan suku juga bukanlah hal yang harus dipermasalahkan, ingatlah bahwa manusia diciptakan setara di mata Tuhan. Tidak ada kitab yang menyatakan kalau suku ini lebih terhormat dari suku itu,dsb. Bila ingin dihormati orang lain, berbuat baiklah kepada orang – orang, maka kita pasti akan dihormati apapun itu agama kita.

“Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik kepada semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu” – Gus Dur